Minggu, 10 April 2011

masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi dan anak

1. MUNTAH  ATAU GUMOH
Muntah atau emesis adalah keadaan dimana dikeluarkannya isi lambung secara ekspulsif atau keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Usaha untuk mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot perut.
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering kali dijumpai dan dapat terjadi pada berbagai gangguan. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin muntah lendir, bahkan kadang-kadang disertai sedikit darah.
Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian makanan pertama, suatu keadaan yang mungkin disebabkan adanya iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses kelahiran, jika muntahnya menetap pembilasan lambung dengan larutan garam fisiologis akan dapat menolongnya.
Refluks gastroesofagus adalah kembalinya isi lambung kedalam esofagus tanpa terlihat adanya usaha dari anak
Regurgitasi adalah bila bahan dari lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut
Secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan antara muntah, refluks dan regurgitasi. Muntah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan racun yang tertelan.
Penyebab muntah
Pada neonatus
Organik
  • Gastrointestinal
Obstruksi : atresia esofagus
Non obstruksi : perforasi lambung
  • Ekstra gastrointestinal
Insufisiensi ginjal, obstruksi urethra
  • Susunan syaraf pusat
Peningkatan tekanan intra cranial (TIK)
Non organik
Teknik pemberian minum yang salah, makanan/minuman yang tidak cocok atau terlalu banyak, keracunan, obat-obat tertentu, kandidasis oral.
Pada anak
Organik
  • Gastrointestinal
Obstruksi : stenosis pylorus
Non obstruksi : refluk esofagal, infeksi/peritonitis
  • Luar gastrointestinal
Infeksi (OMA, pertusis, tonsilofaringitis)
uremia
Non organik
  • Sama dengan neonatus
  • Mabuk perjalanan
  • Keracunan makanan (1-8 jam sesudah makan)
  • Food borne disease (salmonellosis) lebih lama dari keracunan makanan
Perlu anamnesa yang teliti :
  • Pola pemberian makan
  • Berat badan lahir
  • Jumlah yang dimuntahkan, frekuensi
  • Disertai diare, batuk atau panas
  • Terjadi sebelum/sesudah makan
  • Menyemprot/proyektil atau tidak
Sifat muntah
  • Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus
  • Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum)
  • Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
  • Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran empedu
  • Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus, atresia esophagus dan lain-lain. Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukan kateter kedalam lambung. Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
Muntah (kelainan bedah) adalah gangguan passage gastrointestinal dengan tanda-tanda muntah, perut membuncit, kegagalan evakuasi mekonium (pada BBL).
Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan bedah
  • Muntah hijau (gangguan pada empedu)
  • Muntah proyektil (menyemprot)
  • Muntah persisten
  • Muntah bercampur darah
  • Muntah disertai penurunan berat badan
Komplikasi
  • Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
  • Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis
  • Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan (syok)
  • Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.
Penatalaksanaan
  • Utamakan penyebabnya
  • Berikan suasana tenang dan nyaman
  • Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati
  • Kaji sifat muntah
  • Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi dan instruksi dokter)
  • Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah (pada anak tidak rutin digunakan) :
    • Metoklopramid
    • Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral)
    • Anti histamin
    • Prometazin
    • Kolinergik
    • Klorpromazin
    • 5-HT-reseptor antagonis
    • Bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang berwenang
GUMOH/REGURGITASI
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya hanya sedikit.
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan
Penyebab
  • Anak/bayi yang sudah kenyang
  • Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung
  • Posisi botol yang tidak pas
  • Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
  • Akibat kebanyakan makan
  • Kegagalan mengeluarkan udara
Diagnosis
Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan emghindari konflik emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.
Penatalaksanaan gumoh
  • Kaji penyebab gumoh
  • Gumoh yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal pada bayi yang umurnya dibawah 6 bulan, dengan memperbaiki teknik menyusui/memberikan susu.
  • Saat memberikan ASI/PASI kepala bayi ditinggikan
  • Botol tegak lurus/miring jangan ada udara yang terisap
  • Bayi/anak yang menyusui pada ibu harus dengan bibir yang mencakup rapat puting susu ibu
  • Sendawakan bayi setelah minum ASI/PASI
  • Bila bayi sudah sendawa bayi dimiringkan kesebelah kanan, karena bagian terluas lambung ada dibawah sehingga makanan turun kedasar lambung ynag luas
  • Bila bayi tidur dengan posisi tengkurap, kepala dimiringkan ke kanan
2. KEMBUNG
Kembung adalah keadaan perut yang membesar dan berisi angin
Penyebab
  • Bayi kembung karena menelan angin waktu menyusui
hal ini terjadi karena teknik menyusui yang salah, puting terlalu besar atau terlalu kecil
  • Bayi yang minum susu formula dengan botol
Angin ikut tertelan karena lubang dot terlalu kecil, sehingga bayi menghisap terlalu kuat dan angin masuk melalui pinggiran dot
Penatalaksanaan
  • Bayi menyusui ASI dengan teknik yang benar (menutupi areola)
  • Bayi minum susu formula dengan dot :
    • Lubang dot diperiksa (tidak terlalu kecil/besar)
    • Jika botol hampir kosong, pantat botol dinaikkan
    • Tidak diberi empeng
    • Menyendawakan bayi setelah minum
    • Minum air hangat
    • Beri minyak kayu putih, minyak telon pada daerah perut
3. KONSTIPASI/OBSTIPASI

Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana anak jarang sekali buang air besar dan kalau buang air besar keras
Obstipasi : obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)
Penyebab
Faktor  non organik
  • Kurang makanan yang tinggi serat
  • Kurang cairan
  • Obat/zat kimiawi
  • Kelainan hormonal/metabolik
  • Kelainan psikososial
  • Perubahan mikroflora usus
  • Perubahan/kurang exercise
Faktor organik
  • Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
  • Kelainan otot dasar panggul
  • Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
  • Kelainan dalam rongga panggul
  • Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus
Tanda dan gejala
  • Frekuensi BAB kurang dari normal
  • Gelisah, cengeng, rewel
  • Menyusu/makan/minum kurang
  • Fese keras
Pemeriksaan penunjang
  • Laboratorium (feses rutin, khusus)
  • Radiologi (foto polos, kontras dengan enenma)
  • Manometri
  • USG
Penatalaksanaan
  • Banyak minum
  • Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
  • Latihan
  • Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
  • ASI lebih baik dari susu formula
  • Enema perotal/peranal
  • Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
  • Perawatan kulit peranal
4. DIARE
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
Penyebab
  • Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
  • Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene dan sanitasi yang buruk
  • Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
  • Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
  • Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
  • Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
  • Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
  • Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
  • Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
Jenis diare
  • Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
  • Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
  • Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
Tanda dan gejala
  • Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare
  • Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
  • Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
  • Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
  • Pucat anus dan sekitarnya lecet
  • Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
  • Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
  • Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
  • Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
Komplikasi
  • Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
  • Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
  • Penurunan berat badan dan malnutrisi
  • Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
  • Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
  • Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
  • Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam tubuh)
Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
  • Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
  • Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB
  • Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
Penatalaksanaan
  • Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
  • Terapi rehidrasi
  • Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
  • Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
  • Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
  • Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
5. DERMATITIS ATOPIK (EKSIM SUSU)
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan anak, sering kambuh, diturunakn dalam keluarga, tidak menular dan merupakan pertanda timbulnya asma.
Penyebab
Belum jelas, sangat kompleks
  • “Eksim susu” dulu disangka penyebabnya adalah ASI, hal ini terbukti salah karena Asi justru mengandung zat pelindung tubuh terhadap alergi dan infeksi
  • Faktor kulit yang ekring
  • Faktor kebersihan diri (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan yang kurang
  • Faktor hidup kurang sehat, yaitu istirahat dan asupan nutrisi yang kurang
  • Faktor perilaku dan emosi
  • Alergi terhadap makanan seperti susu, telur, ikan, kacang, coklat, jeruk dan lain-lain
Gambaran klinik
  • Lokasi pada bayi biasanya di muka terutama kedua pipi. Pada dewasa ditengkuk, lekukan siku, lutut biasanya lebih kering
  • Terasa sangat gatal
  • Warna kulit kemerahan, ukuran kecil sebesar koin sampai dengan telapak tangan, basah atau berdarah. Setelah itu akan mengering dan menjadi keropeng, kekuningan atau kehitaman, kulit bersisik dan kering
  • Mudah terkena infeksi bakteri, virus atau jamur
Penatalaksanaan
Mencegah kekambuhan
  • Mencegah makanan penyebab alergi dan memberikan makanan pengganti
  • Cegah allergen lingkungan seperti debu rumah, tungau, serbuk-serbuk, kapuk dan lingkungan yang bersih
  • Kebersihan perseorangan yang terjaga  (seperti kulit lembab dan bersih)
  • Hindari suasana sedih, kesal dan depresi
Pengobatan (kolaborasi)
  • Hindari faktor pencetus dan pemeliharaan kulit
  • Obat anti gatal
  • Kortikosteroid salep (berikan tipis-tipis)
Efek samping kortikosteroid : penipisan kulit, gangguan pertumbuhan tulang, gangguan siklus hormon
6. DIAPER RASH (RUAM POPOK)
Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup popok, yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah. Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan, kadang menebal dan bernanah.
Iritasi terjadi karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik. Diaper rash juga merupakan reaksi kulit dengan amonia dari urin kontaminasi bakteri dari maternal fecal
Penyebab
  • Sering terjadi pada usia 9-12 bulan, tidak sering mengganti pampers, modifikasi diet
  • Kebersihan kulit yang tidak terjaga
  • Udara atau suhu lingkungan yang teralu panas atau lembab
  • Kulit bayi masih peka sehingga mudah iritasi
  • Popok yang basah karena urin dan feses yang tidak segera diganti (enzim protease dan lipase)
  • Lebih parah pada bayi yang mengkonsumsi susu formula (pada susu formula kandungan protein lebih tinggi sehingga kadar amonia/urea lebih pekat)
  • Infeksi jamur Candida albicans dan infeksi bakteri Staphylococcus menyebabkan perubahan sistem imun
  • Popok yang mengiritasi akibat sabun, karet, plastik dan detergen yang keras
  • Diare sehingga menyebabkan iritasi kulit
Tanda dan gejala
  • Iritasi pada kulit yang terkena muncuul sebagai erithema
  • Erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti pantat, alat kelamin, perut bawah, paha bagian atas dan lipatan-lipatan kulit
  • Erupsi dapat berupa bercak kering, merah dan bersisik
  • Keadaan lebih parah terdapat pada papila erythemetosa, vesicula dan ulcerasi
  • Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri
Penatalaksanaan
  • Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi, terutama didaerah alat kelamin, bokong, lipatan selangkangan
  • Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan basah (terbuka dan tetap kering)
  • Menjaga kebersihan pakaian danperlengkapan
  • Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
  • Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan air hangat
  • Popok dicuci dengan detergen yang lembut
  • Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang dan menggunkan pampers dengan daya serap yang tinggi dan pas pemakaiannya
  • Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat (terbuka atau longgar) untuk memperbaiki sirkulasi udara.
  • Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi
  • Pengobatan
    • Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah yang sedang meradang
    • Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
    • Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole, nystatin)
7. MILIARIASIS/SUDAMINA/LIKEN TROPIKUS/BIANG KERINGAT
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Faktor penyebab
  • Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
  • Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
  • Aktivitas yang berlebihan
  • Setelah menderita demam atau panas
  • Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
Bentuk miliariasis
Miliaria kristalina
  • Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
  • Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
  • Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
  • Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
  • Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
  • Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
  • Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
  • Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
  • Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
  • Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria profunda
  • Timbul setelah miliaria rubra
  • Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
  • Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
  • Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
  • Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
  • Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
  • Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol
Penatalaksanaan
  • Perawatan kulit yang benar
  • Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
  • Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
  • Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
  • Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
8. DERMATITIS SEBOROIK/CRADLE CAP
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronik yang berhubungan dengan kelenjar sebaseus. Dermatitis seboroik juga merupakan kerak pada kulit kepala bayi yang disebabkan oleh vernix kaseosa yang tidak bersih dan dapat terinfeksi staphylococcus.
Penyakit ini biasanya dimulai dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.  Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini berdasarkan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita yang mengalami penyakit ini terjadi pada kulit yang berlemak (sebaseus), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dengan penyakit ini masih belum jelas. Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit ini akibat makanan yang berlemak, makanan berkalori tinggi, minuman beralkohol dan gangguan emosi.
Penyebab
  • Kurang jelas
  • Berkaitan dengan sistem imun dan hygiene yang buruk
  • Karena adanya vernix kaseosa/lemak pada kepala bayi yang kemudian terinfeksi staphylococcus
  • Sering terjadi pada penderita HIV-AIDS dan anak-anak
Gejala
  • Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.
  • Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
Diagnosis banding
Atopik dermatitis dengan gejala eritema, edema eksudasi, krusta dan bersisik terutama pada bayi muda.
Penatalaksanaan
  • Oleskan atau basahi kerak dengan baby oil atau vaselin selama 24 jam, sesudah itu urut pelan-pelan kulit kepala yang berkerak itu dengan handuk lembut hingga kerak mengelupas
  • Mengeluarkan kerak yang tersangkut di rambut dengan hati-hati (dicukur untuk memudahkan perawatan)
  • Dapat juga digunakan sikat rambut yang lembut, sisir yang halus atau kapas untuk menghindari iritasi pada kulit kepala bayi
  • Pada keadaan tertentu dapat diberi kortikosteroid, antifungi dan antibiotika tropical
  • Menjaga kebersihan bayi dengan memandikan dan mencuci rambutnya dengan shampo khusus untuk bayi atau shampo anti seboroik
9. BERCAK MONGOL
Bercak mongol adalah bercak kebiruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar, difus, terdapat didaerah bokong atau lumbosakral yang akan menghilang setelah beberapa bulan atau tahun.
Bercak mongol adalah pigmentasi yang datar dan berwarna gelap didaerah pinggang bawah dan bokong yang ditemukan pada saat lahir pada beberapa bayi yang akan menghilang secara perlaan-lahan selama tahun pertama.
Patofisiologi
Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fossa koksigea lalu menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu didaerah orbita : sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ota), daerah deltotrapezeus (nevus ito).
Nevus ota dan nevus ito biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan, cukup dengan tindakan konservatif saja. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika. Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan sinar laser.
Penyebab
  • Belum jelas
  • Timbulnya bercak akibat ditemukannya lesi yang berisi sel melanosit pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut
Penatalaksanaan
  • Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa pekan sampai 1 tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan cukup dilakukan tindakan konservatif
  • Informasikan kepada keluarga untuk mengurangi kekhawatiran/kecemasan
  • Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika
10. HEMANGIOMA (TUMOR JINAK DI KULIT)
  • adalah malformasi vascular local yang disebut juga nevi vascular atau hemangima yang sering ditemukan pada kelopak mata atas neonatus.
  • Adalah tumor jinak atau hamartoma/gumpalan yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ seperti hati, limfa, otak, tulang dan kulit
  • Kelainan yang terjadi pada kulit akibat gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah yang terletak di superficial (kutan), subkutan atau campuran.
Penyebab
  • Masih belum jelas
  • Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh darah yang melebar dan berhubungan dengan proliferasi endotel
Jenis hemangioma
  • Hemangioma kapiler
Terdiri dari pembuluh darah yang melebar dan berhubungan dengan proliferasi endotel. Bila menghilang terjadi gangguan fibrotik
Terdiri atas :
  • Hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus, strawberry nevus)
  • Granuloma piogenik
  • Cherry spot (ruby-spot), angioma senilis
  • Hemangioma kavernosa
Berasal dari lapisan dermis bagian bawah, disertai rongga-rongga besar yang tidak teratur dan berisi darah
Terdiri atas :
  • Hemangioma kavernosum (hemangioma matang)
  • Hemangioma keratotik
  • Hemangioma vaskular
  • Telangiektasis
    • Nevus flameus
    • Angiokeratoma
    • Spider angioma
Tipe hemangioma kutan pada kelopak mata neonatus
  • Hemangioma telangietaksis dasar tipis (flat telang relatic hemangiomas)
  • Hemangioma yang menonjol berupa kapiler, kaverna atau campuran (hemangioma besar : proptosis sampai dengan trelihat dibawah konjungtiva tarsal)
Gejala klinis
Hemangioma kapiler
  • Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Tampak sebagai bercak merah yang semakin lama semakin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, tegang dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang superfisial berwarna merah terang dan ada yang subkutan berwarna kebiruan. Involusi kurang tegang dan lebih mendatar.
  • Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh  yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul sritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai pembesaran 1 cm dan dapat bertangkai. Lesi mudah berdarah.
Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eriternatosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan mengempis dan akan cepat menggembung lagi apabila lepas. Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.
Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya juga terjadi atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat gambaran keratotik dan verukosa.
Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama pada lesi yang khas. Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir atau beberapa saat setelah lahir. Pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, warnanya merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bil besar maksimum sudah tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap.
Diagnosis banding
Diagnosis banding ialah terhadap tumor kulit lainnya, yaitu limfangioma, higroma, lipoma, dan neurofibroma.
Penatalaksanaan
  • Umumnya hemangioma akan menghilang dengan sendirinya
  • Tetapi bila terdapat prognosis yang berat lakukan rujukan dan kolaborasi dengan tenaga medis dan berikan prednison 2-3 mg/kgBB/hari selama 10-14 hari, jika hemangioma menipis/menghilang dosis diturunkan secara bertahap
11. FURUNKEL ATAU BISUL
Furunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain.
Nodul ini mengandung cairan yang dalam waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah.
Berbentuk
  • Furunkel (boil)
  • Karbunkel (furunkel multipel)
Furunkel dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan terletak didaerah nasal, aksila dan telinga
Penatalaksanaan
  • Furunkel diobati dengan drainase pembedahan, dengan kompres basah
  • Pemberian antibiotika sistemik
12. KANDISOSIS/MONILIASIS/ORAL TRUSH
Oral trush adalah infeksi Candida yang didapat bayi melalui jalan lahir atau perkontinuitatum. Biasanya infeksi terjadi didaerah mukokutan, mulut dan bibir. Lesi berupa bercak putih yang lekat pada lidah, bibir dan mukosa mulut yang dapat dibedakan dengan sisa susu. Infeksi ini dapat meluas ke saluran terutama di lipatan kulit, bahkan ke berbagai alat dalam.
Kandidosis oral
Infeksi candida pada daerah mulut, sering terjadi pada bayi normal dan makin jarang sejalan dengan pertambahan usia.
Penyebab
  • Infeksi melalui jalan lahir pada ibu yang menderita kandidosis vagina (Candida albicans)
  • Infeksi silang dari penderita kandidiasis lain
  • Candida albicans dapat menyebabkan infeksi apabila ada faktor predisposisi
  • Peralatan minum terutama yang menggunakan PASI
  • Bayi yang mendapatkan terapi antibiotika atau immunosupresi
Faktor predisposisi
  • Faktor endogen : perubahan fisiologik, umur, imunologik
  • Faktor eksogen : iklim, kebersihan, kontak dengan penderita
Gejala
  • Terdapat bercak putih pada lidah, bibirdan mukosa mulut yang dapat dibedakan dengan sisa susu
  • Jika sisa susu mudah diangkat, namun jika moniliasis sulit diangkat dan jika dilepaskan dari dasarnya akan menyebabkan basah, merah dan berdarah
  • Diagnosa dapat diketahui dengan sediaan hapusan yang berwarna biru metilen dan tampak miselium dan spora yang khas
Pencegahan
  • Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi
  • Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi
  • Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara
Komplikasi
  • Kesukaran minum dapat mengakibatkan kekurangan makanan
  • Diare bila tidak diobati dapat menjadi penyebab dehidrasi
Penatalaksanaan
  • Membersihkan mulut dan lidah yang dibasahi air matang hangat
  • Kandidiasis pada bayi sehat biasanya sembuh sendiri, tapi lebih baik diobati
  • Beri gentian violet 0,5% dioleskan pada luka didalam mulut /bibir
  • Nistatin 100.000 U dioleskan 3x sehari atau dalam bentuk tetes kedalam mulut bayi, pemberian nistatin tidak boleh lebih dari 7 hari.
  • Mengolesi puting susu dengan cream nistatin/gentian violet setiap selesai menyusui selama bayi diobati
13. IKTERUS FISIOLOGIS
Ikterus fisiologis adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan puncaknya di hari ke 5-7, kemudian akan menurun pada hari ke 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10 mg/ddl pada bayi atterm dan < 12 mg/dl pada bayi permatur. Keadaan ini masih dalam batas normal.
Manifestasi klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan kepada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel derajat ikterus menurut kramer (1969).
Zona Bagian tubuh yang kuningRata2 serum bilirubin indirek (umol/l)
1Kepala dan leher100
2Pusat-leher150
3Pusat-paha200
4Lengan+tungkai250
5Tangan+kaki>250
Tanda dan gejala
Warna ikterus (kuning) pada kulit, konjungtiva dan mukosa
Pencegahan
  • Pengawasan ANC yang baik
  • Menghindari pemberian obat-obatan pada masa kehamilan seperti sulfanamida dan lain-lain
  • Pemberian ASI sedini mungkin (early feeding)
    • Mempercepat metabolisme bilirubin, yaitu dengan menambahkan glukosa yang terdapat dalam ASI
    • Pengeluaran bilirubin
Protein albumin dalam ASI merupakan transportasi bilirubin, albumin mengikat bilirubin agar mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan kedalam plasma. Hal ini mengakibatkan bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin ada dalam ikatan albumin.
Penatalaksanaan
  • Pemberian ASI yang adekuat
Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3 jam
  • Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi
Pemberian terapi sinar matahari sehingga bilirubin diubah menajdi isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan tubuh karena mudah larut dalam air
Tujuan utama penatalaksaan ikterus fisiologis adalah mengendalikan agar kadar bilirubin tidak meningkat 4-5 mg/dl dalam 24 jam, karen adapat menyebabkan ensefalopati bilirubin yaitu bilirubin indirek (tak terkonjugasi) akan direabsorpsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik ke aliran darah dan menembus sawar otak yang akan menimbulkan bayi lethargi, kejang, bayi malas menghisap dan malas minum.

Infeksi Nifas Post Partum

Infeksi nifas post partum

A.
I.
II.
     Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifasa. Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)      Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2)      Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3)      Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
4)      Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
b. Cara terjadinya infeksi nifasInfeksi dapat terjadi sebagai berikut:
1)      Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2)      Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3)      Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4)      Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
        Infeksi Nifas
1.      Pengertian Nifas
a.       Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
b.      Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne'bnatal, 2001:122)
c.       Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
d.      Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
e.       Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari
     Konsep Dasar
1.      Pengetahuan
a.       Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan kini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, hal : 121)
b.      Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. (A. Sonny Keraf, Ilmu Pengetahuan, 2001 hal : 22)
Pengetahuan berhubungan dengan mengingat kepada yang sudah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan disebut juga recall (mengikat kembali) pengetahuan dapat berhubungan dengan hal yang luas seperti sebuah teori dan hal yang sempit seperti fakta. Pengetahuan merupakan apa yang diketahui dan hanya sekedar informasi yang dapat di ingat saja.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a.        Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b.        Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c.        Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
d.        Trial, yakni orang yang telah mulai membaca prilaku baru.
e.        Adaption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stumulus. . (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, hal : 121-122)

III.
  Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
a. Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
b. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
ketuban   pecah   lama,   korioamnionitis,   persalinan   traumatik,   kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
e. Episiotomi atau laserasi.

IV.
V.
     Pencegahan Infeksi Nifasa.      Masa kehamilan
1)      Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2)      Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3)      Koitus  pada  hamil  tua hendaknya  dihindari  atau  dikurangi  dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b.     Selama persalinan
Usaha-usaha   pencegahan   terdiri   atas   membatasi   sebanyak   mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
1)      Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
2)      Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
3)      Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun   perabdominam   dibersihkan,   dijahit   sebaik-baiknya   dan menjaga sterilitas.
4)      Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
5)      Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
6)      Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
7)      Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c.       Selama nifas
1)      Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2)      Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3)      Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
  Gambaran Klinis Infeksi Nifasa.      Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 - 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b.      Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. c.
c.       Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia   ialah   berulang-ulang   suhu  meningkat  dengan  cepat  disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d.       Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
e.       Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
f.         Salpingitis dan ooforitis
Gejala  salpingitis  dan  ooforitis tidak dapat dipisahkan dari  pelvio peritonitis.

Infeksi pada masa nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Infeksi Lokal
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pembengkakan luka episiotomi.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Terjadi penanahan.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Perubahan warna lokal.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Pengeluaran lochia bercampur nanah.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Temperatur badan dapat meningkat.


<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Infeksi General
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tampak sakit dan lemah.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Temperatur meningkat diatas 39 oC.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
]-->Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
rjadi gangguan involusi uterus.
f]-->Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
f]-->Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
  1. <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
  2. <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tindakan operasi persalinan.
  3. <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
  4. <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
  5. <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
<!--[if !supportLists]-->2.5.3. <!--[endif]-->Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
  1. Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
  2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
  3. ubungan seks menjelang persalinan.
  4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).
  5. eadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1.Sub involusi uteri.
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
2. Pendarahan masa nifas sekunder.
Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
3.Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
Terjadi pembengkakan pada tungkai.
Berwarna putih.
Terasa sangat nyeri.
Tampak bendungan pembuluh darah.
emperatur badan dapat meningkat.
Keadaan abnormal pada payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
Keadaan abnormal pada psikologis
Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
 

masalah darah Nifas

Definisi Nifas
Bahwa Nifas menurut bahasa berarti melahirkan. Adapun menu-rut istilah Syara’, Nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan (wiladah), dan sebelum melampui 15 hari dan malam dari lahirnya anak. Permulaan nifas itu dimulai dari keluarnya darah, bukan dari keluarnya anak.
Darah yang keluar bersama bayi atau sebelum melahirkannya, tidak dihukumi darah nifas, tetapi termasuk darah istihadlat atau darah rusak (darah penyakit). (Fathul Qarib: 109, Bughiyatul Mustarsyidin: 22).
Dasar Hukum Nifas
Masa kebiasaan seorang wanita atas keluarnya darah nifas adalah 40 hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, dimana ia berkata: